Jamu atau Herbal Obat Pencegah Flu Burung

Penggunaan herbal atau jamu-jamuan untuk ternak sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu kala, namun kini dengan semakin berkembangnya teknologi penelitian, herbal benar-benar telah diteliti dan memiliki khasiat sebagai pencegah salah satu penyakit massal pada unggas yakni Flu Burung atau Avian Influenza (AI). Temulawak merupakan salah satu herbal alami yang dapat digunakan sebagai bentuk pencegahan dan pembentukan kekebalan tubuh pada ternak. Beberapa produk yang telah beredar di poultry shop (toko pakan ternak) pun sudah tersedia seperti PROMIX dan JAMPISTRESA.

Rektor IPB, Herry Suhardiyanto mencoba salah satu ramuan jamu yang dipamerkan dalam Globalization of Jamu Brand Indonesia yang digelar di IPB International Convention Center, Jln. Pajajaran Kota Bogor, Kamis (26/6). Hasil penelitian Pusat Studi Biofarmaka IPB menyebutkan temulawak bisa menjadi obat dan pencegahan flu burung.*

BOGOR, (PRLM).- Hasil penelitian para peneliti di Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang dicampur dengan sejumlah bahan herbal lainnya mampu mengobati dan melakukan pencegahan terhadap virus flu burung. Meski baru diterapkan pada unggas, para peneliti yakin pengobatan herbal ini juga bisa diterapkan pada manusia dengan penelitian lebih lanjut.

Demikian dikatakan salah seorang peneliti IPB yang juga Ketua Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Prof. Dr. drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto di sela-sela "The 2nd International Symposium on Temulawak" yang merupakan rangkaian kegiatan Globalization of Jamu Brand Indonesia di IPB International Convention Center, Jln. Pajajaran, Kota Bogor, Kamis (26/5). Dikatakan Pontjo-panggilan Bambang Pontjo Priosoeryanto -, pihaknya sudah melakukan penelitian lanjutan terkait khasiat temulawak sebagai obat dan pencegah flu burung.

Cara pertama, pihaknya memberikan kombinasi temulawak dengan tanaman herbal lainnya ke tubuh unggas yang kemudian disuntik dengan virus HI. Sementara, cara yang kedua, unggas yang telah diberi kombinasi temulawak dan herbal lainnya ditantang dengan virus AI selama satu bulan. "Hasilnya, unggas yang telah diberi temulawak mempunyai umur yang lebih panjang ketika disuntik virus dibandingkan unggas yang tidak diberi kombinasi temulawak. Saya agak lupa sampai berapa panjang umur lebihnya, mungkin sekitar semingguan," kata Pontjo.

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh pihaknya ini, lanjut Pontjo, temulawak sebenarnya bisa dipikirkan sebagai obat pencegah flu burung. "Kita kembangkan lebih dulu, supaya tidak keduluan negara lain. Pasalnya, temulawak ini sebenarnya ada di beberapa negara selain Indonesia," lanjut Pontjo.

Sejumlah campuran yang digunakan sebagai jamu untuk penangkal flu burung ini, disebutkan Pontjo antara lain temu ireng, meniran, dan sambiloto. Sebelumnya, tutur Pontjo, temulawak berdasarkan penelitiannya juga mampu menangkal perkembangan sel tumor (kanker). Menurut dia, biasanya bahan yang bisa menjadi antitumor bisa pula menjadi antivirus karena cara kerjanya hampir sama.

Ketika ditanya kemungkinan penggunaan temulawak sebagai penangkal flu burung pada manusia, Pontjo mengungkapkan pasti ada kemungkinan. "Pada dasarnya temulawak ini mengaktifkan kekebalan tubuh. Untuk penggunaan pada manusia, kemungkinan besar bisa. Namun, perlu kita teliti lebih lanjut lagi," tuturnya.

Sementara itu, Rektor IPB, Herry Suhardiyanto mengatakan sebenarnya ada banyak obat herbal (jamu) yang menjadi warisan nenek moyang kita. Hanya saja, sampai saat ini secara scientifikasinya belum terdata secara lengkap. "Secara kultural memang sudah diakui, tetapi secara evidence kalau jamu itu bisa jadi obat belum tercatat dengan sistem yang lengkap," katanya.

Meski terus mensosialisasikan jamu sebagai brand Indonesia, Herry juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terlalu mempersepsikan jamu sebagai hal yang super. "Harus dipersepsikan secara proporsional, tapi jangan terpinggirkan," lanjutnya. Terlebih, penggunaan jamu juga lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil.

Sementara itu, Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi Kementrian Kesehatan, Agus Purwadianto, mengatakan pihaknya terus mendorong agar jamu atau obat herbal bisa menjadi brand Indonesia bersanding dengan obat-obatan lainnya. Sebagai langkah konkritnya, Kementrian Kesehatan telah melatih 90 dokter agar ahli juga di bidang pengobatan herbal sehingga mereka mempunyai kemampuan memberi obat biasa maupun herbal. "Kami sudah menawarkan para dokter ini untuk ke negara-negara di wilayah ASEAN," katanya.

Tujuannya, agar jamu asal Indonesia lebih diakui sebagai obat herbal selain sebagai welcome drink. Saat ini, dokter dengan kemampuan ganda ini lebih banyak praktik di wilayah Jawa Tengah. (A-155/das)***

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...